Powered By Blogger

Minggu, 30 Maret 2014

"Lelaki Tampan Buat Para Muslimah Adalah" :

♥ Dia bangun pada waktu "SUBUH" untuk menghadap 
"TUHAN" nya

♥ Dia melapangkan waktu kerjanya untuk bersujud pada "TUHAN" nya pada waktu "ZUHUR"

♥ Dia tahan kepenatannya semata-mata untuk berjumpa 
"TUHAN" nya tatkala "ASHAR" menjelang

♥ Dia tinggalkan dunianya buat seketika di kala "MAGHRIB" tiba

♥ Dia menepati waktu solatnya apabila azan "ISYA" sudah berkumandang.

Lelaki yang tampan hatinya seperti ini menjadi idaman para wanita muslimah
kerana :
♥ mereka adalah calon imam wanita
♥ mereka adalah calon pemimpin keluarga
♥ mereka adalah insan yang bakal dihormati dan ditaati para isteri
♥ mereka adalah individu yang bakal menunjukkan jalan ke syurga pada keluarganya.

"Lelaki tampan hati adalah lelaki soleh, dambaan wanita solehah.

Nasehat Asy-Syaikh Muhammad Terkait Khilaf Dan Perbaikan Kalbu

بسم الله الرحمن الرحيم


Berikut adalah cuplikan nasehat dari Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam -حفظه الله- dalam pelajaran Tafsir dan Shahih Muslim, ketika membahas ayat dalam surat Yunus ayat 93;

وَلَقَدْ بَوَّأْنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ مُبَوَّأَ صِدْقٍ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ فَمَا اخْتَلَفُوا حَتَّى جَاءَهُمُ الْعِلْمُ إِنَّ رَبَّكَ يَقْضِي بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ

“Dan sesungguhnya Kami telah menempatkan Bani Isra’il di tempat kediaman yang bagus dan Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik. Maka mereka tidak berselisih, kecuali setelah datang kepada mereka pengetahuan (yang tersebut dalam Taurat). Sesungguhnya Rabb-mu akan memutuskan antara mereka pada hari kiamat tentang apa yang mereka perselisihkan itu.”
Beliau berkata: Bani Isra’il telah menceburkan diri-diri mereka dalam perselisihan yang berkepanjangan. Sebenarnya mereka telah diberi kenikmatan yang luas oleh Allah تعالى dan diberi keluasan serta kelapangan hidup berupa rizki yang baik, namun karena kecongkakan mereka, mereka lebih memilih untuk membangkang dan berselisih.
Kita mengambil pelajaran dari firman Allah تعالى ini: Sesungguhnya Rabb-mu akan memutuskan antara mereka pada hari kiamat tentang apa yang mereka perselisihkan itu, suatu pelajaran yang sangat berharga, yaitu perselisihan Bani Isra’il akan tetap berlangsung sampai hari kiamat dan akan diperkarakan di hadapan Allah تعالى, dan Allah تعالى yang memberikan pemutusan perkara.
Terkait dengan kita umat islam, semua perselisihan yang terjadi dalam umat ini kalau tidak diselesaikan dengan hukum Al-Qur’an dan As-Sunnah secara lahir dan batin maka juga akan terus terbawa sampai hari kiamat, dan akan diselesaikan di hadapan Allah تعالى.
Akankah jejak Bani Isra’il ini diikuti oleh sebagian kaum muslimin?
Dalam pelajaran Shahih Muslim ketika beliau membahas hadits berikut; Dari Anas bin Malik رضي الله عنه berkata:

لما نزلت هذه الآية: {يا أيها الذين آمنوا لا ترفعوا أصواتكم فوق صوت النبي} جلس ثابت بن قيس في بيته فسأل النبي صلى الله عليه وسلم سعد بن معاذ فقال … فقال ثابت أنزلت هذه الآية ولقد علمتم أني من أرفعكم صوتا على رسول الله صلى الله عليه وسلم فأنا من أهل النار فذكر ذلك سعد للنبي صلى الله عليه وسلم فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم بل هو من أهل الجنة

“Ketika turunnya ayat ini : “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengangkat suara kalian di atas suara Nabi”, Tsabit bin Qais duduk diam di rumahnya. Maka Nabi صلى الله عليه وسلم bertanya kepada Sa’ad bin Mu’adz (tentangnya), … Sa’ad mengabarkan bahwa Tsabit berkata: telah diturunkan ayat ini, dan kalian tahu bahwa aku termasuk orang yang bersuara tinggi diantara kalian terhadap Rasulullah, maka aku adalah penghuni neraka. Maka Sa’ad menyebutkan hal itu kepada Nabi, maka beliau bersabda: “Bahkan dia (Tsabit) adalah penghuni surga.”
Pelajaran yang diambil sebagaimana disampaikan oleh Asy-Syaikh, para shahabat sangat bersungguh untuk memahami dan mengamalkan suatu ayat Al-Qur’an. Selain itu, para shahabat ketika turun suatu ayat maka ayat itu dikenakan pada diri mereka sendiri, untuk mengkoreksi diri. Mereka tidak sibuk untuk mengenakan ayat tersebut pada orang lain, masing-masing orang sibuk mengoreksi diri dengan ayat yang turun tersebut. Tsabit bin Qais adalah salah satu contohnya.
Padahal ayat ini sebenarnya turun terkait keributan yang terjadi antara Abu Bakr dan ‘Umar dan mereka mengangkat suara di hadapan Rasul.
Inilah sebab terbesar bagaimana seseorang bisa memperbaiki kalbunya, ketika datang ayat maka mengkoreksi dirinya dengan ayat itu, ketika datang hadits maka dia mengkoreksi dirinya dengan hadits itu. Dan buahnya seperti yang telah dipetik Tsabit bin Qais, akhir hayatnya ditutup dengan syahid, dan diberitakan oleh Rasul bahwa dia adalah penghuni surga.
Demikian cuplikan nasehat dan faedah dari beliau (Asy-Syaikh Muhammad) semoga memberikan bimbingan kepada kita semua untuk mulai berbenah di dunia ini dan mempersiapkan bekal yang sebaik mungkin untuk menghadap Allah تعالى.
Wallahu a’lam.

Selasa, 24 September 2013

Corak Kehidupan Masyarakat Praaksara di Indonesia



Corak Kehidupan Masyarakat Praaksara di Indonesia
Perkembangan corak kehidupan masyarakat purba pada masa pra-aksara dapat dilihat dari cara mereka memenuhi kebutuhan pokok dan alat-alat yang dibuat dan digunakannya. Sejarawan Sartono Kartodirdjo dan Nugroho Notosusanto membagi zaman praaksara menjadi empat tahapan.


1. Masa Hidup Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Pada zaman Palaeolithikum, kira-kira 2 juta tahun lalu, manusia purba hidup berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain (Nomaden). Mereka berpindah-pindah mencari daerah yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Ketergantungan hidup pada alam merupakan pokok kehidupan manusia purba zaman itu. Mereka berburu hewan liar dan mengumpulkan bahan makanan dari tumbuh-tumbuhan. Pola ini disebut sebagai food gathering. Untuk berburu dan mengumpulkan bahan makanan mereka menggunakan alat-alat sederhana, apa adanya yang tersedia di alam sekitar mereka.
Ada beberapa alat-alat dari batu yang ditemukan di wilayah Indonesia, seperti kapak perimbas, kapak penatah, dan kapak genggam. Batu-batu serpih yang terbuat dari pecahan batu digunakan sebagai pisau atau alat pemotong, juga sebagai mata panah atau tombak. Alat-alat dari batu banyak ditemukan di daerah Pacitan dan Sangiran, Jawa Timur.

Alat-alat dari tulang dan tanduk juga ditemukan di daerah Ngandong, Jawa Timur. Digunakan sebagai ujung tombak dan alat untuk mencungkil atau menggali umbi-umbian dari dalam tanah. Jenis manusia yang hidup pada berburu dan mengumpulkan makanan ini, adalah Meganthropus Palaejavanicus, Pithecanthropus Mojokertensis, Pithecanthropus Erectus, Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.

Masa hidup berburu dan mengumpulkan makanan terus berlanjut pada zaman Mesolitihikum. Kehidupan semi nomaden. Artinya ada yang tinggal menetap, tetapi masih ada yang berpindah-pindah. Mereka memilih tempat di gua/ceruk, tepi pantai, atau tepi sungai. Masa mesolithikum berlangsung selama kurang lebih 20.000 tahun silam.


2. Masa Bercocok Tanam dan Beternak (Food Producing)
Manusia purba Indonesia sudah memasuki masa bercocok tanam sekitar 4.000 tahun sebelum Masehi. Terbukti dengan adanya penemuan gambar tanaman padi di Gua Ulu (Leang) Sulawesi Selatan. Menurut ahli arkeologi Indonesia, Prof. Dr. R. Soekmono, perubahan dari food gathering ke food producingmerupakan satu revolusi dalam perkembangan zaman praaksara Indonesia. Disebut revolusi karena terjadi perubahan yang cukup mendasar dari tradisi mengumpulkan makanan dan berburu menjadi bercocok tanam. Oleh karena itu, zaman bercocok tanam dianggap sebagai dasar peradaban Indonesia sekarang.
Dalam hal kepercayaan mereka melakukan pemujaan kepada arwah nenek moyang yang dianggap sangat mempengaruhi kehidupan mereka (animisme) dan mempercayai kepada benda-benda alam yang dianggap memiliki kekuatan (dinamisme).
Manusia purba pada masa bercocok tanam menciptakan alat-alat sederhana untuk menunjang kegiatan bercocok tanam, teknik pembuatannnya lebih maju, kapak itu bentuknya sudah halus, diupam (diasah), seperti kapak persegi atau beliung persegi. Terbuat dari batu berbentuk persegi, gunanya untuk menggarap ladang. Adanya juga Kapak Lonjong, terbuat dari batu kali yang berwarna kehitam-hitaman. Umumnya jenis kapak ini digunakan sebagai pacul atau sebagai kapak biasa. Dua jenis kapak ini banyak ditemukan di Indonesia.

Tradisi bercocok tanam berlangsung hingga zaman logam dan zaman megalithikum dan menyebar di seluruh wilayah Indonesia.
3. Masa Megalithikum (Masa Kebudayaan Batu Besar)
Adanya kebudayaan megalithik terungkap dari penemuan bangunan-bangunan yang dibuat dari batu besar.
Bahan-bahan bangunan megalithik kerap kali harus didatangkan dari tempat lain sebelum didirikan di suatu tempat yang terpilih. Dalam kenyataannya, bangunan megalithik memang didirikan demi kepentingan seluruh masyarakat yang membangunnya. Bangunan ini didirikan untuk kepentingan penghormatan dan pemujaan roh nenek moyang. Dengan demikian, pendirian bangunan megalitihik berkaitan erat dengan kepercayaan yang dianut masyarakat pada masa itu.
Bangunan megalithik tersebar di seluruh Indonesia. Ada yang dibangun secara berkelompok dan ada yang berdiri sendiri. Kehidupan menetap yang telah dijalani menimbulkan ikatan-ikatan antara manusia dengan alam semestanya. Oleh karena itu, nenek moyang kita mempunyai kepercayaan yang berkaitan dengan alam sekitarnya.
4. Masa Zaman Logam
Zaman logam adalah zaman dimana manusia sudah mengenal teknologi pertukangan secara sederhana. Pada masa ini manusia mulai mengenal logam perunggu dan besi. Pengolahan logam memerlukan suatu tempat dan keahlian khusus. Tempat untuk mengolah logam dikenal dengan nama perundagian dan orang yang ahli mengerjakan pertukangan logam disebut undagi. Maka zaman logam disebut juga zaman perundagian.





Pada masa ini nenek moyang bangsa Indonesia telah pandai membuat barang-barang penunjang kehidupan dari logam. Di Indonesia logam yang digunakan adalah perunggu dan besi. Maka muncul daerah-daerah produsen barang, yang kemudian ditukarkan dengan barang kebutuhan lain, sehingga terjadilah barter. Kebutuhan barang makin meningkat memunculkan daerah konsumen, sehingga terjadilah perdagangan antar daerah. Kebudayaan zaman logam terus berkembang hingga munculnya kerajaan-kerajaan di Indonesia.
Pembagian Masa Praaksara di Indonesia
1. Pembagian masa praaksara berdasarkan geologi :

a. Arkaeozoikum
 Zaman ini terjadi sekitar 2500 juta tahun yang lalu. Belum ada kehidupan apapun karena kondisi/keadaan bumi yang masih panas.
b. Palaeozoikum
Zaman ini disebut juga Zaman Primer dan terjadi sekitar 340 juta tahun yang lalu. Sudah ada kehidupan berupa makhluk bersel satu. Kondisi bumipun masih panas.
c. Mesozoikum
Zaman ini disebut juga Zaman Sekunder dan terjadi sekitar 140 juta tahun yang lalu. Di zaman ini, mulai muncul reptil-reptil raksasa yang disebut dinosaurus. Zaman ini disebut juga Zaman Reptil.
d. Neozoikum
Zaman ini disebut juga Kainozoikum dan terjadi sekitar 60 juta tahun yang lalu. Zaman ini terbagi menjadi dua masa, yaitu Zaman Tersier yang ditandai dengan munculnya binatang-binatang mamalia dan Zaman Kuarter yang ditandai dengan munculnya jenis manusia purba. Zaman Kuarter terbagi lagi menjadi dua, yaitu Zaman Dilluvium (Pleistosin) atau zaman es dan Zaman Alluvium (Holosin) yang ditandai dengan munculnya manusia.
2. Pembagian masa praaksara berdasarkan arkeologi dan corak kehidupannya :


a. Berdasarkan arkeologi :


1) Zaman Batu
Zaman Batu merupakan zaman dimana manusia menggunakan batu menjadi bahan utama untuk membuat peralatan hidup. Zaman batu dibagi menjadi 4, yaitu Zaman Batu Tua (Palaeolithikum)Zaman Batu Madya (Mesolithikum)Zaman Batu Muda (Neolithikum), dan Zaman Batu Besar (Megalithikum).


a) Zaman Batu Tua (Palaeolithikum)
Ciri-ciri Zaman Batu Tua :
1. Manusia menggunakan alat-alat dari batu, sebagian kecil dari tulang yang kasar.
2. Alat yang digunakan berupa kapak genggam, kapak berimbas, dan alat serpik.
3. Bertempat tinggal secara berpindah-pindah (nomaden).
4. Belum mengenal seni.
5. Manusia hidup dengan cara meramu dan berburu (food gathering).


Hasil kebudayaan Palaeolithikum banyak ditemukan di Pacitan dan Ngandong, Jawa Timur.


b) Zaman Batu Madya (Mesolithikum)


Ciri-ciri Zaman Batu Madya :


1. Alat-alat yang digunakan lebih halus daripada Zaman Batu Tua.
2. Ditemukan goa tempat tinggal (abris sous roche).
3. Mulai mengenal seni yang berupa lukisan cap tangan di dinding gua.
4. Ditemukan bukit karang hasil sisa sampah dapur (kjokkenmoddinger).
5. Mulai mengenal kepercayaan.


Mulai ditemukan pebble atau kapak Sumatera.


c) Zaman Batu Muda (Neolithikum)


Ciri-ciri Zaman Batu Muda :


1. Peralatan yang digunakan batu sudah  dihaluskan.
2. Mengenal pakaian dari kayu, perhiasan manik-manik.
3. Tempat tinggal mulai menetap (sedenter).
4. Mulai bercocok tanam (food producing).
5. Kepercayaan animisme dan dinamisme mulai berkembang.


Ditemukannya kapak lonjong dan beliung persegi.


d) Zaman Batu Besar (Megalithikum)


Zaman Megalithikum merupakan zaman manusia membuat kebudayaan dari batu-batu besar. Hasil kehidupannya adalah :


1. Menhir merupakan tugu baru yang digunakan untuk memuja arwah leluhur.
2. Dolmen merupakan meja batu yang digunakan untuk meletakkan sesaji.
3. Kubur batu merupakan tempat yang menyimpan mayat. Ada dua macam, yaitu waruga (berbentuk kubus) dansarkofagus (berbentuk lesung).
4. Punden berundak merupakan bangunan batu yang disusun berundak-undak.


Guna dari artefak besar ini adalah sarana untuk memuja roh-roh nenek moyang. Pada zaman ini, mulai muncul kepercayaan kepada fenomena alam dan roh nenek moyang.


2) Zaman Logam


Pada zaman ini, barang dan alat logam sudah dikenal (menjadi alat yang dominan) dan peralatan dari batu pun terus berkembang. Zaman Logam dibagi menjadi tiga, yaitu :


- Zaman Perunggu
- Zaman Tembaga (tidak dikenal di Indonesia)
- Zaman Besi


Peninggalan pada Zaman Logam adalah nekara, moko, kapak corong/kapak sepatu, arca perunggu, dan bejana perunggu. Nekara merupakangenderang besar yang terbuat dari perunggu yang berfungsi untuk upacara ritual (khususnya untuk memanggil hujan). Nekara terbesar di Indonesia adalah Nekara “The Moon of Pejeng” yang terdapat di Bali. Sedangkan moko adalah nekara yang lebih kecil yang berfungsi sebagai mas kawin.
Selain perunggu, logam lain yang digunakan pada zaman itu adalah besi. peninggalan dari Zaman Besi berupa senjata tombak dan mata panah. Ada pula alat pertanian seperti cangkul, sabit, dan mata bajak. Peninggalan dari besi susah ditemui karena sifat besi yang mudah berkarat.


b. Berdasarkan corak kehidupannya :


1) Masa Meramu dan Berburu


Masa Meramu dan Berburu berlangsung bersamaan dengan Zaman Batu Tua (Palaeolithikum). Maka dari itu, Masa Meramu dan Berburu ini hampir sama dengan Zaman Batu Tua. Kegiatan pokoknya adalah mengumpulkan makanan dari hasil hutan (atau berburu). Kehidupan masyarakat pada saat itu hanya bergantung pada alam. Manusia pada saat itu bertempat tinggal secara berpindah-pindah (nomaden). Beberapa alat yang digunakanpada Zaman Meramu dan Berburu adalah :


1. Kapak perimbas yang digunakan untuk merimbas (memotong) kayu dan menguliti binatang.
2. Kapak genggam yang digunakan untuk mencari ubi dan memotong daging hasil buruan.
3. Tombak yang digunakan untuk berburu binatang buas.


Pada masa ini, manusia sudah menggunakan api untuk memasak, penerangan, dan menghalau binatang buas.


2) Masa Bercocok Tanam


Di jaman ini, manusia mulai bercocok tanam diladang/sawah. Peralatan pun mulai diasah seperti kapak batu, mata anak panah, mata tombak. Yang terkenal adalah beliung persegi. Tempat-tempat yang ditemukan kapak dan beliung persegi yang masih kasar disebut atelier. Atelier ditemukan di Punung, Jawa Timur dan Pasir Kawat, Jawa Barat. Manusia mulai bertempat tinggal tetap (sedenter). Tempat tinggalnya perlahan-lahan berbentuk  ke bentuk yang lebih baik. Mulai mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme. Mulai juga ditemukan kapak lonjong. Kapak lonjong merupakan alat untuk berburu yang tidak bisa ditemukan di daerah Indonesia Barat.


3) Masa Perundagian


Masa ini merupakan perkembangan dari masa bercocok tanam. Masa Perundagian ditandai dengan munculnya kaum undagi, yaitu sekelompok orang yang ahli menciptakan suatu barang berupa cetakan dari perunggu, besi, dan gerabah. Pada masa itu, ada teknik khusus dalam menciptakan logam, yaitu teknik mencetak logam dengan cara berulang-ulang yang disebut bivalve. Di jaman itu, mulai adanya perkampungan, dan adanya kegiatan perdagangan serta pelayaran. Pada saat itu, masyarakat hidup penuh setia kawan dan solidaritas.


B. Berakhirnya Masa Praaksara di Indonesia


Berakhirnya masa praaksara tiap-tiap bangsa tidak bersamaan. Mengapa demikian? Hal ini berkaitan erat dengan tingkat peradaban dari bangsa-bangsa yang bersangkutan. Bangsa Sumeria misalnya, telah mengenal tulisan sejak 4000 SM. Bangsa Sumeria menggunakan simbol-simbol sebagai huruf yang disebut piktograf. Sedangkan, Bangsa Mesir Kuno mengenal tulisan sejak 3000 SM. Tulisan Bangsa Mesir Kuno hampir sama dengan tulisan Bangsa Sumeria. Hanya perbedaannya, huruf Bangsa Mesir Kuno menggunakan simbol-simbol seperti perkakas, hewan, atau alat transportasi tertentu. Huruf ini disebut hieroglif.
Indonesia mengakhiri masa praaksara pada awal abad ke-5 Masehi. Para pedagang India datang pada saat itu dan membawa kebudayaan dari India berupa seni arsitektur bangunan, sistem pemerintahan, seni sastra dan tulisan. Tulisan tertua di Indonesia terdapat di Batu Yupa, Kutai, Kalimantan Timur. Tulisan tersebut menggunakan huruf Pallawa. Sejak berakhirnya masa praaksara, muncullah masa aksara (masa sejarah). Di Indonesia, sudah mengalami kemajuan. Sistem pemerintahan kerajaan mulai berkembang, agama Hindu-Buddha mulai berkembang. Kegiatan perdagangan dan pelayaran pun semakin maju.